Sekilas Tol Layang Jakarta - Cikampek II

Tol layang Jakarta - Cikampek II (Japek Elevated) baru saja diresmikan pada 12 Desember 2019 lalu. Dibangun sepanjang 36,4 km yang membentang dari Cikunir hingga Karawang Barat, jalan tol ini dinobatkan sebagai tol layang terpanjang di Indonesia, rekor yang sebelumnya dipegang oleh Tol Wiyoto - Wiyono selama lebih dari 20 tahun.

Japek Elevated dikerjakan oleh PT Waskita Karya, bekerjasama dengan PT Acset Indonusa (anak usaha Astra Group). Biaya konstruksinya mencapai Rp 11 Triliun sementara investasi keseluruhan menelan biaya Rp 16 Triliun. Hak pengusahaan jalan tol dipegang oleh anak usaha PT Jasa Marga dengan masa konsesi 45 tahun. Keberadaan Japek elevated diharapkan dapat mengurai kepadatan lalu lintas di jalur eksisting yang dilalui 200 ribu kendaraan per harinya.

Dalam keterangan di akun Instagram resminya, PT Waskita Karya menyebutkan bahwa Tol Japek Elevated menyabet 3 rekor MURI sekaligus  yaitu:
  • Jembatan pertama yang menggunakan struktur Pier-head segmental
  • Jembatan sistem Sosrobahu dengan lebar lengan Pier-head terlebar
  • Jembatan menggunakan girder baja komposit terpanjang  

Baca juga: Konsesi Tol

Teknik Sosrobahu dan Sejarah Singkatnya

Sebagai dua tol layang terpanjang di Indonesia, Jalan Tol Wiyoto - Wiyono dan Japek Elevated memiliki persamaan dalam metode konstruksinya. Apa itu?

Kedua tol tersebut dikerjakan dengan menerapkan teknik Sosrobahu.

Sosrobahu adalah teknik konstruksi jalan layang dengan memutar lengan beton (pier-head) di atas tiang beton (pier-shaft). Ditemukan oleh (mendiang) Tjokorda Raka Sukawati, insinyur Sipil PT Hutama Karya pada tahun 1987, saat  bertugas mengerjakan Fly over Cawang - Priok (sekarang Jalan Tol Wiyoto - Wiyono).

Masalah yang dihadapi saat itu, lalu lintas yang padat tidak memungkinkan pembangunan jalan layang dengan cara konvensional. Di tengah tekanan untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, Pak Raka datang dengan idenya.

Lengan beton selebar 22 meter dikerjakan di atas tiang beton berdiameter 4 meter, paralel dengan median jalan di bawahnya sehingga penutupan arus lalu lintas tidak perlu dilakukan. Antara lengan dan tiang beton ditempatkan piringan besi berisi fluida (oli) yang menjadi landasan putar bagi lengan beton agar dapat berputar secara bebas di atas tiang beton. Landasan putar ini dihubungkan dengan pompa hidrolik melalui sebuah pipa.
ilustrasi sosrobahu dalam pengerjaan jalan layang
Ilustrasi Teknik Konstruksi Sosrobahu dalam Pembangunan Jalan Layang

Setelah pengecoran lengan beton selesai, oli pada piringan diberi tekanan 78 kg/cm2 (7,6 MPa) sehingga lengan beton seberat 480 ton terangkat oleh tekanan oli, untuk kemudian diputar 90 derajat terhadap posisi awalnya.

Nama Sosrobahu diberikan oleh Presiden Soeharto untuk metode yang kemudian dipatenkan ini.

Teknik Sosrobahu telah diterapkan dalam konstruksi jalan layang baik di Indonesia maupun di mancanegara (pembangunan metro Manila). Selain 2 proyek tol layang di atas, pembangunan tol Cimanggis - Cibitung, dan tol Bekasi - Cawang - Kampung Melayu (Becakayu) adalah contoh lain yang menerapkan teknik Sosrobahu dalam konstruksinya.

Pemutaran Pier-head Tol Jakarta - Cikampek II oleh PT Waskita karya

Post a Comment