Poster fil dark

Mungkin begitulah cara kerja kota kecil, penduduknya tak hanya berbagi rahasia, tapi juga uang dan tempat tidur - Petugas Polisi Clausen

Predestination, film tahun 2014 garapan Spierig bersaudara menawarkan cerita perjalanan waktu yang diakhiri dengan kejutan di akhir film. Bahwa semua tokoh yang terlibat dengan si tokoh utama ternyata adalah dirinya sendiri

Tahun 2017, hadir serial TV berbahasa Jerman yang mengisahkan perjalanan waktu berjudul Dark.

Alkisah di sebuah kota kecil bernama Winden, segalanya tampak normal hingga pada suatu malam, seorang bocah bernama Mikkel hilang saat sedang kelayapan di tengah hutan bersama saudara dan teman-temannya.

Hilangnya Mikkel memicu kegelisahan orang tuanya, terutama si ayah bernama Ulrich yang seorang polisi. Peristiwa ini membuat polisi harus bekerja lebih keras, pasalnya, sebelum hilangnya Mikkel, seorang bocah bernama Eric telah lebih dulu hilang into thin air (tanpa jejak)

Peristiwa yang diceritakan di episode 1 ini menjadi pembuka menuju benang kusut kota Winden, dimana para tokoh yang terlibat melakukan perjalanan waktu ke masa lalu dan masa depan, demi memperbaiki kesalahan di masa lalu.

Dalam sebuah surat ungkapan belasungkawa atas kematian sahabat karibnya, Michele Besso, Einstein menulis: 
"Now he has departed from this strange world a little ahead of me. That means nothing. For us believing physicists the distinction between past, present, and future only has the meaning of an illusion, though a persistent one"

Bahwa perbedaan yang tampak antara masa lalu, masa kini dan masa depan hanyalah ilusi belaka. Kutipan kalimat yang ditulis Albert Einstein ini menjadi premis film Dark.

Terlepas dari interpretasi ilmiah terhadap gagasan Einsten dalam kalimatnya, dalam film Dark, waktu dikatakan tidak linear, melainkan cyclic. Seperti hal nya sebuah lingkaran, tidak ada bagian yang merupakan awal maupun akhir.

Masa depan tidak perlu ada setelah masa kini, melainkan, masa depan sudah ada, di masa depan tentunya, dan diperlukan sebuah mesin waktu untuk bisa kesana. Begitu juga dengan masa lalu, yang tidak lenyap begitu saja digantikan masa kini. Masa lalu tetap ada, hanya tidak sekarang, tapi di masa lalu.

Kasus hilangnya Mikkel tidak dapat dipecahkan dengan mengajukan pertanyaan "Dimanakah Mikkel?", karena Mikkel tidak kemana-mana, ia masih di Winden, hanya saja, Mikkel ada di Winden masa lalu, karena itu, pertanyaannya bukanlah, "Dimana Mikkel?" melainkan, "Kapankah Mikkel?" Kata tanya kapan merujuk "tempat" Mikkel berada dalam dimensi waktu.

Lewat narasi putus asa dan makian yang enak didengar, para tokoh dalam film Dark mempertanyakan konsep mengenai takdir, makna kehidupan, hukum sebab akibat, hingga determinisme. Jawaban yang dipaparkan dalam film menyentuh ranah spekulatif fisika teori seperi keberadaan materi gelap, lubang cacing, blackhole hingga medan Higgs (saat ini, Blackhole dan Medan Higgs bukan lagi spekulasi karena keberadaannya sudah berhasil dibuktikan para ilmuwan).

Gagasan-gagasan ini selain bikin bingung juga bikin penonton mikir untuk dapat memahami alur cerita. Bayangkan saja, bagaimana bisa keberadaan partikel Higgs dengan massa 125 GeV terdeteksi di instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Winden? Apa signifikansi penemuan ini terhadap cerita? Aku merasa pertanyaan ini belum terjawab, bahkan sampai season 2 tamat. 

Kebingungan selanjutnya yang pasti ditemui penonton, terutama yang sudah menamatkan season 1, berkaitan dengan silsilah keluarga para tokoh. Seringkali Dark menyuguhkan pergantian alur cerita yang meliputi peristiwa pada lima generasi berbeda (tahun 1922, 1953,1986, 2019, 2053) dalam 1 episode sehingga penonton harus mengingat si anu saat masih kecil, remaja dan dewasa serta silsilah keluarganya supaya tetap dapat mengikuti alur cerita.

Sekian. Cukup pelik memang fim ini.

PS:
Silsilah empat keluarga utama dalam film Dark dapat ditemukan pada situs berikut http://davidklein.de/dark/

Post a Comment