Survey Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dirangkum Katadata menunjukkan ada empat keluhan anak sekolah Indonesia saat harus belajar jarak jauh di masa pandemi. 


Hal yang paling banyak dikeluhkan yaitu tugas menumpuk. Sebagai seorang pegawai, aku merasa tak heran. Jangankan sekolah, dengan semakin mudahnya rapat virtual yang dilaksanakan lewat zoom, seringkali rapat-rapat kantor berlangsung berbarengan, bertumpuk, sama seperti tugas sekolah. 


Salah seorang rekan kerja di kantor sampai harus mengerahkan seluruh gawai miliknya sampai-sampai tidak bisa menerima telepon. Hal ini dikarenakan, selain dipakai untuk menghadiri rapat, telepon genggam miliknya juga digunakan sebagai hotspot internet bagi perangkat lain yang dikerahkan untuk mengadiri seluruh undangan rapat. Kabar baiknya, ini tidak sampai terjadi padaku. 


Kembali ke topik. Keluhan lain yang ditemui KPAI selama siswa melakukan pembelajaran jarak jauh secara daring adalah tidak adanya kuota internet, waktu belajar lebih sempit, dan perangkat belajar daring yang kurang mendukung. Jangankan gawai untuk mendukung pembelajaran daring jarak jauh, urusan fasilitas sekolah saja masih belum merata antar daerah di Indonesia. Anak yang lebih beruntung mungkin bisa mengikuti pembelajaran daring dengan lebih baik karena didukung peralatan yang memadai, tapi bagaimana dengan mereka yang kurang beruntung?


Akhir kata, aku ingin menambahkan satu hal yang  seharusnya dikeluhkan anak-anak sekolah. Mungkin mereka sudah lupa, saking lamanya pandemi berlangsung. Tidak ada praktik olahraga di sekolah selama pandemi. Itu artinya, tidak ada permainan sepak bola. 

Gambar 1. Ilustrasi Sepakbola
(Image by pikisuperstar on Freepik)

Apa artinya sekolah tanpa praktik olahraga yang paling tidak dilaksanakan seminggu sekali.

Post a Comment