Sebagian besar tulisan mengenai investasi sepakat dalam memberikan rekomendasi berikut
"belilah saham bagus di harga diskon".

Pada kenyataannya, bagi para pendatang baru di dunia investasi, saran ini lebih mudah diucapkan ketimbang dipraktikan.

Bagi penulis, saran seperti itu akan lebih bermanfaat jika disampaikan seperti berikut
"belilah saham bagus di harga murah, saat krisis atau saat kejatuhan pasar terjadi".

Perbaikan ini dapat membantu mengatasi kebingungan dalam menafsirkan petuah terkenal sang legenda investasi, si Oracle of Omaha, Warren Buffet yang suatu ketika pernah bersabda:
"Takutlah ketika orang lain serakah, serakahlah ketika orang lain takut"

Pertanyaannya, kapan kita harus serakah? Ketika krisis dan kejatuhan pasar terjadi. Ketika para manajer investasi dan big fund berbondong-bondong mengurangi eksposur terhadap kejatuhan pasar dengan menjual sebagian besar portofolio sahamnya secepat mungkin di bursa saham. Mengapa mereka berbondong-bondong menjual saham? Karena mereka tahu, sentimen negatif di pasar akan memicu kepanikan yang menjalar ke seluruh pelaku pasar sehingga terjadi aksi jual besar-besaran yang pada akhirnya menyebabkan harga saham semakin jatuh.

Pada saat kejatuhan pasar saham terjadi di awal pandemi Covid 2020 lalu, IHSG mengalami ARB1 berhari-hari karena banyak saham bluechip2 yang bertumbangan, diobral, sampai dengan separoh harga sebelum pandemi. Tapi dalam beberapa minggu saja setelah diskon saham besar-besaran terjadi, harga saham sudah kembali ke harga wajarnya. Bagi mereka yang saat itu serakah, yang sempat "serok bawah alias buy the dip"3, sepertinya hanya perlu waktu 2 bulan untuk melipatgandakan kekayaan.

Hal yang bisa penulis petik dari kilas balik singkat di atas, dapat dirangkum ke dalam 2 poin berikut:

1. Pentingnya Analisis Fundamental

Analisis fundamental bermanfaat untuk menentukan valuasi atau harga wajar suatu saham. Valuasi yang kita lakukan menggunakan kombinasi data dan asumsi dapat menghasilkan penilaian yg terlalu murah atau terlalu mahal terhadap suatu saham. Hasil ini membuat kita terlalu optimis atau justru pesimis ketika hendak membeli saham.

2. Buy The Dip

Belilah saham hanya ketika kejatuhan pasar atau krisis terjadi. Lakukan average down6 saat pasar ARB berhari-hari karena kita tidak bisa menentukan bottom5 dari suatu pergerakan harga dengan pasti. Satu hal yang perlu diperhatikan saat membeli saham, kapanpun kita membelinya adalah memastikan bahwa perusahaan yang kita beli sahamnya itu sehat secara organisasi dan finansial. Bahwa kejatuhan harga saham yang terjadi, semata-mata hanya karena faktor eksternal yaitu kepanikan pasar.

Dengan mengetahui hal ini, kita tidak perlu ragu atau justru terburu-buru masuk ke pasar karena takut ketinggalan alias FOMO6.
Patiently wait for the crash, and buy the dip, a lot.

Karena itu, selalu sisihkan uang, berapapun nilainya. Kita tidak pernah tahu kapan peluang akan datang, untuk membeli saham di harga diskon, atau istilahnya "untuk membeli Mercy di harga Avanza", kata legenda investasi Indonesia, Lo Kheng Hong.

Kejatuhan harga akan terjadi paling tidak sekali dalam beberapa tahun, dan jika kita berniat untuk berinvestasi jangka panjang, katakanlah lebih dari 10 tahun, menunggu beberapa tahun seharusnya tidak menjadi masalah ketimbang terburu-buru masuk ke pasar, apalagi karena takut ketinggalan.

Daftar Istilah:
  1. Auto Rejection Bawah. Kondisi dimana harga saham jatuh sampai batas bawah yang diijinkan selama periode perdagangan)
  2. Saham bagus dengan kapitalisasi pasar besar
  3. Aktivitas membeli saham disaat kejatuhan harga terjadi
  4. Pembelian saham di bawah harga rata-rata pembelian sebelumnya.
  5. Harga terendah dalam suatu periode
  6. Fear of Missiong Out. Kondisi psikologis yang mendorong investor untuk ikut-ikutan membeli saham yang sedang naik daun karena takut tidak kebagian.

Post a Comment